Kuliah Tamu Program Studi sarjana dan Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN SUKA
Penandatangan Mou sebelum Kuliah Tamu
Kuliah Tamu dan Penandatangan MoU LSF RI, ASKOPIS dan FDK UIN SUKA
Yogyakarta 24 Oktober 2025. Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) bekerjasama dengan Asosiasi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (ASKOPIS) serta Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, menggelar kuliah tamu yang dihadiri oleh berbagai kalangan akademisi, mahasiswa, serta pelaku industri perfilman tanah air. Kuliah tamu ini sekaligus menjadi momentum penting dengan ditandatanganinya nota kesepahaman (MoU) antara ketiga pihak yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan sektor perfilman di Indonesia.
Acara yang berlangsung di Teatrikal FDK UIN Sunan Kalijaga ini dihadiri oleh Wakil Ketua LSF RI, Dr. M. Irwan Rahadi, Ketua ASKOPIS sekaligus Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Dr. Mohammad Zamroni, M.Si, serta Dekan FDK UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Arif Maftuhin, M.Ag. Dalam acara tersebut, para peserta mendapat wawasan baru mengenai pentingnya peran sensor film dalam menjaga kualitas dan norma sosial di industri perfilman Indonesia.
Membangun Kolaborasi untuk Masa Depan Perfilman Indonesia
Wakil Ketua LSF RI, Dr. Irwan Rahadi, dalam sambutannya menyampaikan, "Kerja sama ini menjadi langkah strategis untuk mendukung perkembangan dunia perfilman yang sehat dan berkualitas. Melalui pendidikan dan pengawasan yang tepat, kita dapat melahirkan generasi penerus yang mampu menciptakan karya yang sesuai dengan nilai-nilai budaya dan etika masyarakat."
Dalam paparannya, Dr. Ervan Ismail menyentil tantangan ganda yang dihadapi LSF: menjaga marwah undang-undang sambil beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Film, sebagai media komunikasi massa, berperan strategis dalam ketahanan budaya bangsa. "Semua film dan iklan film, baik dari dalam maupun luar negeri, harus diteliti dan dikaji oleh LSF sebelum dipertontonkan ke khalayak publik," tegas Dr. Ervan. Ervan menambahkan merujuk pada UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Ia mengatakan dilema kebebasan berkreasi yang harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etika, dan moral.
Di sisi lain, perwakilan LSF lainnya, Dr. Imam Safe’i, M.Pd., Ketua Subkomisi Bidang Kerja Sama Antarlembaga LSF RI, membawa perbincangan pada dimensi idealitas film sebagai sarana edukasi, ekspresi seni, dan hiburan. Ia mengakui adanya jurang lebar: idealnya film adalah alat pembelajaran yang memperkaya batin, namun realitasnya "algoritma komersial mendikte proses kreatif," dan "konten edukatif terpinggirkan, kalah pamor dari film komersial," kata. Dr. Imam.
Imam juga menyoroti bagaimana fungsi hiburan bergeser dari refleksi menjadi sekadar distraksi akibat produksi cepat demi viralitas.
Melihat realitas ini, Dr. Ervan menawarkan solusi adaptif LSF, termasuk "Percepatan Mekanisme Sensor Digital" melalui sistem e-SIAS yang holistik dan interaktif, serta "Inovasi Regulasi dan Kriteria Penyensoran Adaptif." Ia menekankan pentingnya fitur seperti Movie Guide dan Parental Lock yang terintegrasi pada perangkat media baru untuk pengawasan tontonan anak. "Edukasi ini penting agar pembuat konten dan publik mampu memproduksi atau mengonsumsi konten yang menghormati budaya dan hukum lokal," pungkasnya.
Penandatanganan MoU antara LSF RI, ASKOPIS, dan FDK UIN Sunan Kalijaga ini bertujuan untuk membangun kolaborasi dalam mengembangkan pendidikan perfilman, pelatihan bagi mahasiswa, serta penyuluhan mengenai pentingnya pengawasan film dalam konteks sosial. MoU ini juga membuka peluang bagi mahasiswa FDK untuk lebih terlibat dalam dunia perfilman Indonesia, baik dalam produksi, distribusi, maupun pengawasan film.
Pengembangan Pendidikan Perfilman di Kampus
Dekan FDK UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. Arif Maftuhin, mengungkapkan "Dengan adanya MoU ini, kami berharap dapat lebih memperkaya kurikulum dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa kami untuk berkolaborasi langsung dengan LSF RI dan ASKOPIS. Ini adalah langkah besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan memperkenalkan mahasiswa pada dunia perfilman yang profesional."
Selain itu, Ketua ASKOPIS sekaligus Dosen Prodi KPI Dr. Mohammad Zamroni menambahkan, "ASKOPIS berkomitmen untuk mendukung pengembangan kapasitas mahasiswa dalam berbagai aspek. Melalui kerja sama ini, kami ingin memperkuat peran mahasiswa dalam menciptakan ekosistem perfilman yang lebih sehat dan berdaya saing."
Mewujudkan Perfilman yang Berkarakter dan Bermoral
Kuliah tamu yang diadakan dalam rangkaian acara tersebut membahas tema "Peran LSF dalam Pengawasan dan Sensor Film di Era Digital", yang menghadirkan sejumlah narasumber dari LSF RI dan industri perfilman. Diskusi ini memberikan gambaran kepada peserta mengenai tantangan yang dihadapi dalam pengawasan konten film, khususnya di era digital yang semakin berkembang pesat.
Melalui kerja sama yang terjalin ini, diharapkan dapat lahir sinergi antara dunia akademis, pemerintahan, dan industri untuk menciptakan film yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia.
Demikianlah laporan mengenai acara kuliah tamu dan penandatanganan MoU antara LSF RI, ASKOPIS, dan FDK UIN Sunan Kalijaga. Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat membawa angin segar bagi kemajuan dunia perfilman tanah air dan pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia.(Choir)