“Media dan Politik: Fakta dan Makna”
Talk Show Media dan Politik: Fakta vs Makna"
Diskusi Publik “Media dan Politik: Fakta dan Makna”
Puluhan mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga, Selasa (16/9/2025 mengikuti diskusi publik dalam bingkai talk show bertajuk “Media dan Politik: Fakta dan Makna” yang digelar di Gedung tearikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga). Acara ini membahas peran media massa dalam dinamika politik kontemporer, serta bagaimana makna politik sering kali dibentuk atau bahkan dimanipulasi oleh konstruksi media.
Talk show dengan tema "Media dan Politik: Fakta vs Makna" yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga. Acara menghadirkan dua pembicara utama, yaitu dosen Prodi Magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) FDK Dr. H. Hamdan Daulay, M.Si., M.A. dan Ikrob Didik Irawan, S.T., Manajer Online Tribunjogja.com.
Dalam paparannya, Dr. Hamdan menekankan pentingnya literasi media bagi masyarakat dalam menyikapi informasi politik. “Media bukan hanya menyampaikan fakta, tetapi juga membingkai realitas. Di sinilah makna dibentuk. Politik menjadi panggung narasi, dan media adalah sutradaranya,” ujarnya. Beliau juga mengutip salah satu ayat dalam Al Qur’an, "Setiap informasi yang meragukan harus dikroscek dan diverifikasi terlebih dahulu atau tabayyun, seperti yang diajarkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 6", tutur Hamdan.
Sementara itu, Ikrob Didik Irawan, S.T., Manajer Online Tribunjogja.com. mengkritisi bagaimana kepentingan politik kerap kali memengaruhi independensi redaksi. “Ada tantangan besar ketika media dimiliki oleh elit politik. Fakta bisa diselewengkan menjadi alat pembentukan opini yang menguntungkan pihak tertentu,” tuturnya.
Diskusi berlangsung interaktif dengan sejumlah mahasiswa turut menyampaikan pandangannya. Salah satunya, Rizka mahasiswa magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang menyatakan bahwa masyarakat saat ini menghadapi banjir informasi yang membuat batas antara fakta dan opini semakin kabur.
“Media sosial mempercepat penyebaran informasi, tetapi juga mempercepat penyebaran disinformasi. Kita perlu membangun kesadaran kritis terhadap bagaimana fakta dikonstruksi,” kata Rizka.
Ketua pelaksana kegiatan, menuturkan bahwa diskusi ini bertujuan membangun ruang dialog yang sehat antara kalangan akademik dan praktisi. “Kita berharap mahasiswa dapat mengambil peran aktif dalam membedah isu-isu krusial, terutama di tahun politik seperti sekarang,” ujarnya.
Acara ditutup dengan rekomendasi bersama agar kampus menjadi ruang aman untuk kajian kritis terhadap relasi media dan kekuasaan, serta mendorong kolaborasi riset antara akademisi dan praktisi media dalam menumbuhkan demokrasi yang sehat. (cH)