Harmonisasi Umat Beragama di Arjawinangun, Kabupaten. Cirebon (Agama Islam, Kristen Protestan dan Buddha)

Harmonisasi Umat Beragama di Arjawinangun, Kabupaten. Cirebon (Agama Islam, Kristen Protestan danBuddha)

Fifi Novianty

Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Sunan Kalijaga

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita mengetahui keberagamaan dalam agama. Adapun 6 agama yang ada di Indonesia yakni: Agama Islam, Agama Kristen Protestan, Agama Katolik, Agama Hindu, Agama Budha, dan Agama Kong Hu Cu. Setiap orang pasti memiliki keyakinan nya masing-masing, agama tersebut tidak akan mengajarkan untuk memaksakan kepercayaan kita kepada orang lain.

Kemajemukan beragama di Indonesia sendiri berarti bahwa adanya perbedaan warga masyarakat ke dalam kelompok-kelompok secara horizontal. Adanya kemajemukan ini, sesuai dengan semboyan negara Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan inilah yang menjadi pegangan bagi masyarakat Indonesia agar tetap menjaga toleransi antarumat beragama.

Adanya keberagaman beragama di setiap daerah dapat memberikan pengaruh dalam berbagai kehidupan bangsa Indonesia. Tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk mempertahankan kesatuan dan meningkatkan rasa saling menghargai satu sama lain antar umat beragama. Seperti didaerah yang ada di Kota Cirebon Jawa Barat yaitu Desa Arjawinangun, terdiri dari dua kata Arja dan Winangun artinya membangun atau telah selesai melaksanakan tugas. Melihat jejak sejarahnya, dahulu Arjawinangun adalah tempat peristirahatan Adipati Arya Kemuning Putra Ki Gede Luragung saat melaksanakan amanat dari Ayahandanya untuk mengundang Suryadarma di Indramayu agar datang ke Gunungjati.

Arjawinangun merupakan sebuah daerah yang terkenal akan keberagaman budaya yang menyimpan keharmonisan didalamnya. Terdapat 3 agama yang ada di Desa Arjawinangun yaitu agama Islam, agama Kristen Protestan, dan agama Buddha. Suatu ciri multikultur dan toleransi ini terlihat jelas dengan adanya sebuah bangunan beribadah 3 agama tersebut yang letaknya sangat berdekatan. Untuk letaknya Greja Bethel Indonesia berhadapan dengan Vihara (tempat beribadah orang Buddha), sedangkan Masjid Fadlullah Arjawinangun terletak 100 meter dari Greja dan Klenteng.

Rasa toleransi yang tinggi bagi keragaman beragama di desa yang terletak di Kabupaten Cirebon ini tentu tidak datang dengan sendirinya. ada tokoh-tokoh masyarakat yang mempelopori terciptanya keharmonisan beragama ini, salah satunya adalah KH. Syathori (w. 1969), beliau adalah pendiri Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun, sejak tahun 1930. Selain menjadi pelopor keharmonisan beragama, kiprahnya dalam bidang agama dan sosial sangat dirasakan pada zamannya.

Perilaku komunikasi antar umat beragama yang harmonis seperti yang terjadi di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon inilah yang membuat penulis tertarik untuk menelitinya lebih lanjut lagi.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sejarah terjadinya komunikasi antarumat beragama di Desa Arjawinangun Kab.Cirebon?
  2. Bagaimana perilaku komunikasi antarumat beragama di Desa Arjawinangun Kab.Cirebon?

Tujuan

  1. Untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah terjadinya komunikasi antarumat beragama di Desa Arjawinangun Kab.Cirebon.
  2. Untuk mengetahui dan menjelaskan perilaku komunikasi antarumat beragama di Desa Arjawinangun Kab.Cirebon.

LANDASAN TEORI

  1. Perilaku Komunikasi

Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagaimanya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yaitu: bentuk pasif/ tanpa tindakan nyata, dan dalam bentuk aktif/dalam tindakan nyata.[1]

Perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi. Komunikasi ini bisa berupa komunikasi verbal dan non verbal. Cara komunikasi dapat diartikan sebagai cara berbicara, pemilihan bahasa, penggunaan isyarat, gestur, facial, maupun postural dalam berkomunikasi. Bahasa dipahami sebagai sebuah intuisi sosial yang dirancang, dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau subkultur yang terus menerus berubah. Karena bahasa dari setiap daerah atau kultur berbeda dengan kultur lain.[2]

  • Komunikasi Antarumat Beragama

Sedangkan pengertian komunikasi menurut Rogers dan D. Lawrence Kincaid, definisi komunikasi adalah sebuah tahapan dimana dua orang atau lebih saling bertukar informasi satu sama lain, yang pada pokoknya akan muncul saling pengertian yang bersifat mendalam.[3]

Komunikasi antarumat beragama akan menumbuhkan keharmonisan dalam lingkungan sosial, juga menambah nilai toleransi antarumat beragama disuatu daerah. Toleransi antarumat beragama merupakan suatu hal yang mendasar dan harus ditanamkan dalam diri setiap individu. Toleransi menimbulkan sikap saling menghormati antar agama. Perlunya menunjukan sikap saling menghargai antar agama, dan tidak boleh memaksa umat agama lain mengikuti agama kita, serta tidak boleh membenci agama lain. Indonesia merupakan negara yang beraneka ragam. Negra yang kaya akan Pulau, agama, suku, ras, bahasa dan antar golongan.[4]Tentunya dalam semua perbedaan yang ada itu, keharmonisan akan tercipta bila perilaku komunikasi antar umat beragama dapat tercipta dengan baik.

  • Harmonisasi Beragama

Membangun harmonisasi beragama memang bukan sesuatu hal yang mesti dilakukan oleh umat beragama dalam menyatukan serta menanamkan rasa persaudaraan juga rasa kekeluargaan walau itu berbeda keyakinan. Keberagamaan suku, ras, agama, didunia khususnya di Indonesia memang bukan hal yang baru kita ketahui, untuk itu perlu kiranya jika kerukunan umat beragama di Indonesia khususnya ditanamkan nilai untuk saling bergotong royong satu sama lain dalam membangun Indonesia dan daerah yang tercinta ini. jika harmonisasi beragama sudah tercipta disuatu daerah maka kehidupan beragama pun semakin indah karena bisa menerima sebuah perbedaan.

  • Komunikasi Interpersonal

Hubungan komunikasi antar umat beragama merupakan komunikasi yang dilakukan oleh umat lintas agama atau kepada umat yang berbeda agama. Komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi langsung yang terjadi antar dua orang atau lebih yang terjadi secara langsung (face to face)atau sering disebut dengan komunikasi interpersonal.

Sedangkan menurut Joseph A. Devito, komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan non verbal antara dua atau kadang-kadang lebih dari dua orang yang saling tergantung satu sama lain. Menurutnya komunikasi interpersonal adalah secara inheren bersifat relasional, karena sifatnya yang saling bergantung, komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari dan bersifat sangat penting. Komunikasi interpersonal berperan dalam sebuah hubungan yang berdampak pada hubungan dan mengartikan hubungan itu sendiri.[5]

  • Etnografi Komunikasi

(Koentjaraningrat, 2008), Etnografi komunikasi adalah kajian bahasa dalam perilaku komunikasi dan sosial dalam masyarakat yang kemudian disebut masyarakat tutur, meliputi cara dan bagaimana bahasa digunakan dalam masyarakat dan budaya yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian etnografi komunikasi yaitu, bahasa (linguistik) dan budaya (antropologi).

Hymes membagi ruang lingkup kajian bidang ilmu etnografi komunikasi kedalam beberapa bagian, yaitu:

  1. Hakikat dan definisi mengenai apa itu masyarakat berbahasa/tutur.
  2. Cara masyarakat dalam suatu budaya melakukan komunikasi.
  3. Pola komunikasi yang digunakan dan apa fungisnya.
  4. Komponen penting yang ada dalam keterampilan dan kompetensi komunikasi.
  5. Hubungan antara pandangan dunia mengenai bahasa dan organisasi sosial masyarakat.
  6. Kajian mengenai bahasa (linguistik), ketidaksetaraan, dan kehidupan sosial universal.

Metode etnografi komunikasi juga merupakan metode yang diterapkan untuk melihat pola-pola komunikasi kelompok sosial. Ada empat asumsi etnografi komunikasi.Pertama,para anggota budaya akan menciptakan makna yang digunakan bersama.Kedua,para komunikator dalam sebuah komunitas budaya harus mengordinasi tindakan-tindakannya.Ketiga,makna dan tindakannya bersifat spesifik dalam sebuah komunitas, sehingga antar komunitas satu dengan yang lainnya akan memiliki perbedaann dalam hal makna dan tindakan tersebut.Keempat,selain memiliki kekhususan dalam hal makna dan tindakan, setiap komunitas juga memiliki kekhususan dalam hal cara memahami kode-kode makna dan tindakan.

Etnografi adalah jenis metode penelitian yang diterapkan untuk mengungkap makna sosial-kultural dengan cara mempelajari keseharian pola hidup dan interaksi kelompok sosio-kultural (culture-sharing group)tertentu dalam ruang atau konteks yang spesifik. Seorang etnografer tak hanya mengamati namun juga berupaya untuk menyatu dalam kehidupan kultur suatu kelompok masyarakat yang diteliti.[6]Metode etnografi ini memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia dalam rangka pengumpulan data. Tak hanya observasi dan wawancara saja, teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam metode ini juga bisa dengan cara dokumentasi. Berupa gambar, video, audio, buku atau arsip sejarah, majalah, simbol-simbol, artifak, dan segala benda yang berkaitan dengan fokus penelitian. Hal ini juga dapat dilihat sebagai upaya peneliti memahami kehidupan subjek penelitinya.

PEMBAHASAN

  1. Demografi Kota Cirebon
Ibu Kota Cirebon Sumber
Provinsi Jawa Barat
Pembagian Administratif Kabupaten Cirebon 40 Kecamatan 412 Desa 12 Kelurahan
Bahasa Indonesia, Cirebon dan Sunda
Batas Wilayah -Utara : Kabupaten Indramayu -Timur : Kota Cirebon dan Kab. Brebes -Selatan : Kabupaten Kuningan -Barat : Kabupaten Majalengka
Agama Islam, Kristen Protestan dan Budha
  • Perilaku Komunikasi Antarumat Beragama

Salah satu tokoh pelopor hidup bersama dalam keragaman beragama di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon adalah KH. Syatori, beliau adalah pribadi yang sederhana dan bersahabat dengan masyarakat kalangan bawah. Tanpa membedakan agama, etnis, bahasa, dan jenis kelamin.

Seperti yang diungkapkan Fahmina, dalam penelitiannya tahun 2008, Arjawinangun sebagai daerah yang multi etnis menyimpan keharmonisan dan rasa toleransi beragama yang tinggi. Terbukti terdapat 3 agama yang ada di Desa Arjawinangun yaitu agama Islam, agama Kristen Protestan, dan agama Buddha. Suatu ciri multikultur dan toleransi ini terlihat jelas dengan adanya sebuah bangunan beribadah 3 agama tersebut yang letaknya sangat berdekatan. Untuk letaknya Greja Bethel Indonesia berhadapan dengan Vihara (tempat beribadah orang Buddha), sedangkan Masjid Fadlullah Arjawinangun terletak 100 meter dari Greja dan Klenteng.

Kondisi perilaku komunikasi antarumat beragama yang kondusif bagi keragaman ini tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui proses belajar masayarakat sejak lama. Diantara faktor pembentuk kondisi ini adalah adanya tokoh-tokoh yang melegenda dan juga menciptakan kondisi damai ini adalah KH. Syatori (w.1969). beliau adalah pendiri pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun, sejak 1930. Beliau ulama dan sekaligus juga penggerak warga setempat

  • Hubungan Komunikasi Kaum Muslim dan Buddha

Dalam hubungan antaretnis dan agama yang berbeda, KH. Syatori bukan hanya menghormati dan menghargai perbedaan yang ada, tetapi beliau juga aktif menciptakan hidup bersama secara damai. Ini ditunjukan diantaranya ketika bulan puasa, dimana beliau memperbolehkan para Tionghoa ataupun yang non muslim untuk mengirimTa’jil(makanan buka puasa) kepada para santri dan muslim yang berbuka puasa di masjid Fadlullah Arjawinangun.

Hubungan harmonis antarkaum muslim dan Buddha di Desa Arjawinangun juga dibuktikan dengan KH. Syatori menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah tempat anak-anak Tionghoa dan non muslim sekolah. Beliau membiarkan generasi penerusnya memahami keragaman beragama sejak awal, tanpa khawatir anak-anaknya terbawa atau terpengaruh agama lain. Oleh karena itu, hingga saat ini, kaum muslim di desa ini tidak ragu lagi untuk membiarkan anaknya bergaul dengan anak-anak Tionghoa maupun non muslim lainnya

Kerjasama dengan non muslim beliau sudah lakukan juga dalam rangka membangun masyarakat secara bersama-sama. Karena ketulusannya dalam membangun kerjasama ini, ada tokoh Tionghoa setempat yang ahli dalam pengobatan, selalu menggunakan doa-doa yang berasal dari Al-Quran, meski dia bukan muslim.

Selain kiprah dikalangan santri dan masyarakat bawah, KH. Syatori juga sosok yang aktif dalam organisasi tingkat nasional di PBNU. Karena ketokohannya inilah dan karena perannya dalam membangun kerukunan umat Arjawinangun, kerukunan antaretnis dan antar agama hidup makmur di Desa Arjawinangun Kab. Cirebon.

  • Interaksi di Bidang Ekonomi, Sosial, Politik dan Budaya
  • Bidang Ekonomi

Dalam hal perdagangan Ds. Arjawinangun memiliki pasar Swalayan yang sangat besar. Terdapat banyak penjual yang berlatar belakang agama yang berbeda. Namun, perbedaan ini menyebabkan kemajuan di bidang Ekonomi pasar.

  • Bidang Sosial

Orang Tionghoa ataupun yang non muslim untuk mengirimTa’jil(makanan buka puasa) kepada para santri dan muslim yang berbuka puasa di masjid Fadlullah Arjawinangun.

  • Bidang Politik

Ada tokoh Tionghoa setempat yang ahli dalam pengobatan, selalu menggunakan doa-doa yang berasal dari Al-Quran, meski dia bukan muslim.

  • Bidang Budaya

Acara perayaan Imlek Kirab Cap Go Meh menjadi pemersatu umat beragama di Arjawinangun.

  • Kirab Cap Go Meh Pemersatu Umat Beragama di Kabupaten Cirebon

Kirab Budaya Cap Go Meh menjadi salah satu tanda akulturasi budaya masyarakat Cirebon yang majemuk. Sebuah ruang ekspresi seni budaya dan ritual agama.[7]Kirab Cap Go Meh merupakan perayaan Imlek yang diadakan setahun sekali. Namun, Kirab Cap Go Meh ini telah menjadi budaya lokal di setiap daerah termasuk di Kabupaten dan Kota Cirebon. Bukan hanya orang Buddha dan Kong Hu Cu saja yang ikut meramaikan acara ini, namun masyarakat muslim juga ikut berperan dalam meramaikan Cap Go Meh yang diadakan setahun sekali ini. Namun, ketika acara inti didalam kelenteng kaum Muslim tidak diperkenankan masuk dan mengikuti prosesi Ciap Sin. Dalam Prosesi ini para pengurus Kelenteng sibuk menerima patung dewa dan dewi dari Wihara dan Klenteng dari sejumlah daerah di Cirebon. Patung dewa dan dewi biasanya diterima dari daerah Kabupaten Cirebon seperti Plered, Arjawinangun, Sindang Laut, dan Ciledug.

Kirab Budaya Cap Go Meh, merupakan acara sebagai penutup tahun baru imlek. Joli yang terbesar hingga kecil, semua ditata dengan rapih agar menambah kemeriahan dalam kirab budaya yang akan disaksikan oleh ribuan masyarakat Cirebon dari berbagai latar belakang. 15 patung dewa dewi akan ditempatkan pada Joli, diarak bersama 8 barongsai, 4 liong, termasuk dari keraton kasepuhan Cirebon. Secara keseluruhan, Kirab budaya diikuti sedikitnya 2 ribu orang dari berbagai daerah, suku, dan agama. Dengan kata lain, kirab itu tak hanya diikuti warga Thionghoa, mengingat adanya peran serta warga non Thionghoa lainnya.[8]

Perayaan Kirab Cap Go Meh itu sendiri dipandangnya sebagai ruang berekspresi masyarakat dari berbagai suku dan agama yang tinggal di Cirebon. Di sisi lain, kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun itu merupakan bentuk pelestarian budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahazrina. 2017.Etnografi Komunikasi Menurut Para Ahli-Komponen dan Objek.http://pakarkomunikasi.com. Diakses pada 5-09-19, pukul 21.00.

Erika, Lia. 2019.Kirab Budaya Cap Go Meh, Ruang Ekspresi Seni Budaya dan Ritual Kegamaan.www.ayocirebon.com. Diakses pada 29/11/19 pukul 19.20

Fahmina. 2008.KH. Syatori; Pelopor Hidup Bersama Dalam Keragaman.http://fahmina.or.id. Diakses pada 5-09-19, pukul 21.20

Burhan, Ali.Komunikasi Interpersonal-Pengertian, Elemen, Sifat dan Prinsip.http://pakarkomunikasi.comDiakses pada 7 September 2019, pukul 20.30

Zakiah, Kiki. 2005.Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode.

JURNAL.http://ejournal.unisba.ac.id. Diakses pada 5-09-19, pukul 22.00

Makplus.2015.Definisi dan Pengertian Perilaku Menurut Para Ahli.www.definisi-pengertian.com. Diakses pada 6 September 2019, pukul 19.12

Pratama, Ryan.Pentingnya Toleransi di Indonesia.www.Kompasiana.com. Diakses pada 6 September 2019, puku; 19.55

Salamadian.Komunikasi Verbal dan Non Verbal.http://salamadian.com. Diakases pada 9 September 2019, pukul 21.00

Saprudin, Rizal Hema.Perilaku Komunikasi Antar Umat Beragama di Asrama Kujang Jawa Barat.www.academia.edu.com. Diakses pada 6 September 2019, pukul 20.00

Sidiq. 2018.Etnografi: Pengertian, Contoh dan Metode Penelitian.www.sosiologis.com. Diakases pada 06 September 2019, pukul 18.25

Shofia, Pratama.Pengertian Komunikasi: Definisi, Tujuan, Fungsi, Jenis, dan Komponen.

www.maxmanroe.comDiakses pada 6 September 2019, pukul 19.30


[1]Makplus.2015.Definisi dan Pengertian Perilaku Menurut Para Ahli.www.definisi-pengertian.com. Diakses pada 6 September 2019, pukul 19.12

[2]Saprudin, Rizal Hema.Perilaku Komunikasi Antar Umat Beragama di Asrama Kujang Jawa Barat.www.academia.edu.com. Diakses pada 6 September 2019, pukul 20.00

[3]www.maxmanroe.com.Pengertian Komunikasi: Definisi, Tujuan, Fungsi, Jenis, dan Komponen.Diakses pada 6 September 2019, pukul 19.30

[4]Pratama, Ryan.Pentingnya Toleransi di Indonesia.www.Kompasiana.com. Diakses pada 6 September 2019, puku; 19.55

[5]http://pakarkomunikasi.com.Komunikasi Interpersonal-Pengertian, Elemen, Sifat dan Prinsip,Diakses pada 7 September 2019, pukul 20.30

[6]Sidiq. 2018.Etnografi: Pengertian, Contoh dan Metode Penelitian.www.sosiologis.com. Diakases pada 06 September 2019, pukul 18.25.

[7]Erika, Lia. 2019.Kirab Budaya Cap Go Meh, Ruang Ekspresi Seni Budaya dan Ritual Kegamaan.www.ayocirebon.com. Diakses pada 29/11/19 pukul 19.20 WIB