DISKUSI PUBLIK

Rekonstruksi Moderasi Beragama di Era Cyber

Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2 KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyelenggalarakan Diskusi Publik dengan tema “Rekonstruksi Moderasi Beragama di Era Cyber.” Kegiatan ini berlangsung di Gedung Teatrikal FDK, UIN Sunan Kalijaga, pada hari Selasa, 14 Maret 2023.

Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan II Prof. Dr. Casmini, M.Si dengan semangat narasi yang ditujukan kepada kaum muda. “bahwa saat ini media sosial tengah diduduki oleh golongan kaum muda itu perioritasnya lebih tinggi, sehingga kegiatan diskusi publik dengan tema rekonstruksi moderasi beragama sangat urgent, sebab memasuki dunia abstrak ini perlu disemarakkan kembali mengenai moderasi beragama.” Moderasi beragama yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah membawa masyarakat dalam pemahaman yang moderat, tidak ekstrim dalam beragama, dan juga tidak mendewakan rasio yang berpikir bebas tanpa batas.

Kegiatan ini menghadirkan 3 narasumber yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang moderasi beragama bahkan telah mempraktikkanya dalam kehidupan sehari-hari. yakni Dr. Minanur Rohman, M.Si. UIN KH. Abdurrahman Wakhid Pekalongan, Achmad Jauhari Umar, MA Teacher Al Hikmah Boarding, Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Yogyakarta (Indonesia) yang merupakan praktisi dakwah di media sosial, dan Evi Septiyani Tavip Hayati sebagai Dosen Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Sunan Kalijaga sekaligus pernah berada di lingkup agama yang beragam. Evi Septiani menjelaskan tentang makna Moderasi beragama “Cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa”

Sementara Dr. Minan dan Achmad Jauhari Umar memberi gambaran seingkat tentang moderasi beragama: Dunia digital menyediakan prasmanan narasi keagamaan yang bebas akses dan kerapkali dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menyuburkan konflik dan menghidupkan politik identitas yang ditandai dengan pudarnya afiliasi terhadap lembaga kegamaan, bergesernya otoritas keagamaan, menguatnya individualisme, dan perubahan dari pluralisme menjadi tribalisme. Pengarusutamaan moderasi beragama di ruang digital menemukan momentumnya. Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebagai laboratorium perdamaian kemudian menguatkan konten-konten moderasi beragama melalui ruang digital sebagai penyeimbang dari arus informasi yang deras di ruang media sosial. Penyeimbang yang dimaksud adalah kontra narasi untuk melahirkan framing beragama yang substantif dan esensial yaitu moderat dan toleran.

Diskusi Publik diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus sekitar Yogyakarta.Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Program studi Magister KPI FDK UIN SUKA dengan tujuan para peserta terutama mahasiswa dapat mengambil ibroh dan ilmu dari narasumber terkait moderasi beragam di era digital. “Acara ini bukan semata memahami moderasi beragama secara teks tetapi konteks, sehingga peserta tidak kaget ketika dipertemukan dengan pernak-pernik kehidupan yang beragam.” Kata Baidawi, ketua panitia kegiatan Diskusi Publik.

Acara diakhiri dengan tanya jawab dari peserta, Salah satu peserta Diskusi Publik, Indah Dwi mengaku termotivasi pada acara tersebut, bahkan ia berharap untuk dapat merealisasikan di masyarakat.

“Saya termotivasi dengan acara diskusi publik ini. Apalagi jika saya dapat mempraktekkan nilai-nilai moderasi beragama di tengah kehidupan yang beragam.”(choir)

Berita Terkait

Berita Terpopuler